Headline Post

Pendidikan 4.0; Tugas Berat Guru Mendidik Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget


Hadirnya teknologi di tengah-tengah kita memang memudahkan bukan?! Tanpa pikir panjang seseorang akan melahap setiap perkembangan teknologi apapun dewasa ini. Terus dan hampir Tak terbendung. Bahkan regulasi yang mengatur teknologi sering datang belakangan dalam mengawasi. Lalu bagaimana teknologi mempengaruhi dunia pendidikan dalam industri 4.0? 

Dalam lima tahun ke depan akan menyebabkan hilangnya 5 juta pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan saat ini adalah pekerjaan yang 5 atau 10 tahun yang lalu belum pernah ada. Diperkirakan 65% anak yang masuk sekolah dasar saat ini akan bekerja pada suatu pekerjaan yang benar-benar baru dan belum ada saat ini. (World Economic Forum, 2016)

Perpustakaan Kemendikbud
Untuk membahas ini semua maka pada 3 Desember lalu saya salah satu blogger yang diundang dalam kegiatan Pekan Perpustakaan Kemendikbud 2019. Di isi oleh pemateri yang kapabel di bidangnya langsung yaitu Ade Erlangga (Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat) dan M. Hasan Chabibie (Kepala Bidang Pengembangan Jejaring, Kemendikbud).

Betapa cara akses informasi dan pengetahuan sekarang makin instan karena adanya teknologi. Sehingga teknologi sudah menjadi acuan dalam metode pembelajaran atau malah menjadi tujuan dari pembelajaran. Maka lahirlah apa yang saya sebut generasi gadget. Sebuah generasi yang hampir sepenuhnya dididik (dikendalikan) oleh teknologi.

Sampai di sini saja saya membayangkan betapa berat beban seorang pendidik atau guru saat ini dalam membentuk karakter seorang murid. Pada era teknologi digital ini, guru memiliki tantangan besar. Tantangan itu muncul karena perkembangan zaman hingga pola pikir generasi sekarang dalam pembelajaran. Tantangan itu berupa penguasaan teknologi sebagai metode pembelajaran dan penguasaan murid untuk menanamkan nilai-nilai.

Narasumber acara PPK
Beban tantangan itu tak mudah. Benar apa kata Ade Arlangga bahwa bagaimanapun juga peran teknologi tak akan bisa menggantikan peran seorang guru. Begitu juga peran orang tua tidak bisa digantikan dengan adanya gadget. Karena teknologi hanyalah alat yang sifatnya terbatas meskipun berkembang. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter hanya bisa diwariskan lewat penanaman nilai-nilai dari seorang guru. Sentuhan emosional yang membentuk sikap empati hanya bisa dilakukan tatap muka di dalam rumah atau ruang kelas. Guru yang mau belajar teknologi ia bisa berinovasi cara mengajar dengan cara lain.

Technology is just a tool. In terms of getting the kids working together and motivating them, the teacher is the most important,” (Bill Gates).

Rasa-rasanya ungkapan Bill Gates ini benar adanya. Bahwa tknologi hanyalah tool dan peran guru tetap paling utama dalam mengendalikan murid. Tetapi guru yang tak paham teknologi lama-lama akan benar-benar digantikan oleh teknologi. Jangan sampai murid lebih paham akan teknologi dari pada gurunya.
Karakter Generasi

Pendidikan Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget

Guru dalam bahasa jawa adalah akronim dari digugu lan ditiru. Artinya guru menjadi panutan dan contoh. Guru bukan sekadar fasilitator untuk menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi sebagai contoh, panutan, trend setter berpikir yang dapat dijadikan acuan sikap dan karakter para peserta didiknya. Melalui contoh yang baik peserta didik akan mencontoh guru sebagai teladan. 

Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu,” (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya tugas lain seorang guru selain transfer knowledge yaitu menjembatani kemajuan teknologi sekarang ini. Memang dibutuhkan guru yang gak gaptek lagi dalam menghadapi generasi gadget ini. Seorang guru yang tak mampu mengikuti perkembangan teknologi pasti akan ditinggalkan murid-muridnya. Peran guru menjadi semu.

Meski guru punya peran sentral di kelas dalam belajar, nyatanya teknologi meyediakan sumber pengetahuan lewat internet. Kini guru dengan bukunya bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan.  Generasi gadget ini akrab dengan dunia maya, sehingga guru wajib mengimbangi kemampuan anak didiknya dalam memanfaatkan teknologi. Guru harus mampu mengintegrasikan pembelajaran dengan teknologi digital sehingga lebih efektif dan kekinian. Zaman berkembang cara mendidikpun berkembang. So, didiklah peserta didik sesuai zamannya itu memang sebuah keharusan.

Portal Rumah Belajar
Rumah Belajar, Pendidikkan 4.0 di Tengah Kepungan Generasi Gadget

Maka Kemendikbud sebagai penanggung jawab mutu pendidikan di Indonesia meluncurkan apa itu Rumah Belajar. Menjawab dunia pendidikan yang terus berkembang dengan adaptif terhadap teknologi. Rumah belajar adalah aplikasi pembelajaran sebagai produk pembelajaran digital untuk mendukung terwujudnya digitalisasi sekolah. Digitalisasi sekolah adalah sebuah terobosan di dunia pendidikan dengan pemanfaatan teknologi sebagai aspek pembelajaran.

Adanya Rumah Belajar ini merupakan sebuah portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar dan fasilitas komunikasi serta interaksi antar komunitas. Di mana guru dan tenaga kependidikan, siswa dan masyarakat luas bisa mengakses secara online maupun offline.

Aplikasi ini hanyalah satu diantara cara bagaimana mewujudkan pendidikan yang selaras dengan tuntutan revolusi industri 4.0. Maka dibutuhkan pula ekosistem pendidikan 4.0 yang mampu menyiapkan lulusan yang siap menghadapi revolusi industri di masa akan datang di mana mereka akan menjalani hidup. Dan pada akhirnya mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada masyarakat dan peradaban.







Belum ada Komentar untuk "Pendidikan 4.0; Tugas Berat Guru Mendidik Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel