Headline Post

Bulan Terbelah Di Langit Amerika: Film yang membelah bioskop tanah air






          Sahabat KOPI, bertempat di gedung Sarinah Tamrin lt 12, tepatnya tanggal 3 Desember kemarin, Koalisi Online Pesona Indonesia (KOPI) kembali ngumpul bareng. Pada kesempatan ini kita akan ngopi (ngobrolin pesona Indonesia) tentang film yang mungkin sahabat tunggu-tunggu tayangnya. “Bulan Terbelah di Langit Amerika (BTLA)”. Berada di meeting room kantor Aswana Group, sekitar 20 an anggota KOPI hadir. Perbincangan BTLA semakin lengkap karena dihadiri langsung pemeran utama film, Acha Septriasa dan eksekutif produser Yoen K. Apalagi dipandu oleh Arul Arista membuat ruangan yang sesak-padat menjadi cair dalam suasana yang interaktif.

 
          BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA. Adalah sebuah film besutan sutradra Rizal Mantovani. Berbeda dengan film pendahulunya, 99 Cahaya di Langit Eropa yang sukses menhipnotis 1,8 juta penonton. Film BTLA bersetting kota New York Amerika ini menceritakan seorang jurnalis bernama Hanum(Acha Septriasa)-yang tentu saja Muslim, ditugaskan dari kantor beritanya di Wina untuk menulis artikel provokatif ”Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?”.

          Untuk menjawabnya, Hanum harus pergi ke New York untuk bertemu korban tragedi 911, Azima Hussein (Rianti Cartwright), seorang mualaf yang bekerja di sebuah museum dan anaknya, Sarah Hussein.

          Pada saat yang bersamaan, Rangga(Abimana Aryasatya) suaminya, juga ditugaskan oleh profesornya untuk mewawancarai seorang miliuner dan philantropi Amerika bernama Philipus Brown demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga diminta untuk menemui Stefan(Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hanna Al Rashid) yang berada di New York yang telah mengatur pertemuan eksklusif dengan Brown.

          Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, tugas mereka berantakan ketika sebuah demonstrasi besar berakhir ricuh dan membahayakan keselamatan mereka.

          Mungkinkah Hanum dan Rangga bertemu kembali?Berhasilkah mereka menyelesaikan tugasnya?Apa jawaban artikel Hanum dari seluruh perjalanannya di Amerika?

        Demikian sahabat KOPI, sinopsis film BLTA. Menarik bukan! Meski sebagai kelanjutan dari 99 Cahaya di Langit Eropa, film ini jelas bercita rasa beda. Tidak saja dari segi cerita tapi proses syuting ATAU pengambilan gambar pun sangat berbeda dibanding di Eropa. Ini diakui langsung oleh Acha Septriasa, menurutnya syuting film di Amerika mempunyai tantangan tersendiri. Apalagi film ini bernuansa Islam dan menyinggung isu ‘terorisme’ bersettingkan New York yang notabene erat kaitannya dengan peristiwa 911.

          Sebagai aktor professional, Acha Septriasa juga dituntut mendalami karakter Hanum sealami mungkin tanpa harus menunjukkan karakter berlebihan, sempurna atau alim. Karena menurutnya 85% pekerjaan artis adalah memerankan karakter dalam skenarionya tanpa mengubah jalan cerita. Sehingga akan membuat jalan cerita menjadi real, tidak dibuat-buat untuk membangun image tertentu. 

        Memakan waktu sekitar 45 hari di bulan Oktober-November, Acha bersama tim Maxima Picture sebagai rumah produksi mengambil gambar dengan proses perijinan yang tidak gampang. Bahkan proses syuting film ini mendapat pengawasan langsung kepolisian New York (NYPD). Ini semakin menguatkan kalau film BLTA benar-benar serius dalam penggarapannya.


          Selain itu film dari Maxima Pictures ini termasuk film dengan budget besar. Meski tidak menyebut nominal berapa, film ini sebagai film terbesar dari segi biaya produksinya. Diungkapkan langsung oleh Yoen K sebagai eksekutif produser film. Sebagai bocoran nih, sahabat KOPI. Menurut Yoen K, film akan mempunyai format yang sama dengan 99 Cahaya di Langit Eropa, yaitu akan ada dua bagian. Ini kaitannya sebagai bagian menejemen bisnis berfilman untuk mengambil resiko.
          
           Film BLTA diadaptasi dari novel Hanum Salsabiela Rais. Putra Amien Rais. Nah, buat sahabat KOPI yang mungkin pernah membaca versi novelnya, kita perlu tahu apa itu adaptasi buku ke film. Rizal Mantovani menjelaskan ‘adaptasi’ adalah sebuah kata penting dalam perubahan medium dari buku ke medium film. Adaptasi adalah menyesuaikan, dalam hal ini menyesuaikan denga medium film yang waktunya hanya 100 menit, mengalahkan visual yang tidak mungkin mengalahkan visualisasi pembaca buku. Serta masalah-masalah yang terjadi setiap hari terjadi di set film. Menurutnya yang penting bukan detailnya tapi intisarinya. Harapannya, semoga intisari dari buku dan film tetap sama.
   
          Islamophobia jelas masih ada. Masih sangat banyak persepsi orang di barat yang menuduh Islam sebagai agama yang mengajarkan tindakan-tindakan teroris, bukan sebagai agama yang mengajarkan kedamaian. “Apakah Dunia Lebih Baik tanpa Islam?!”.
          
          Saksikan dan buktikan “Bulan Terbelah Di Langit Amerika” di bioskop, 17 Desember 2015. Catat tanggalnya.




                                                        













Oleh @Andik_IR
Salam KOPI

Belum ada Komentar untuk "Bulan Terbelah Di Langit Amerika: Film yang membelah bioskop tanah air"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel