Headline Post

Wonderful Life, Tak Sekadar Cerita Tentang Disleksia



Wonderful Life. Merupakan film yang diangkat dari adaptasi kisah nyata yang juga dituangkan dalam novel yang sama oleh Amalia Prabowo. Sekilas memang terlihat film Wonderful Life adalah film drama keluarga tentang disleksia. Tentang bagaimana orangtua harus bisa melihat lebih dekat dan merasakan lebih dalam setiap tantangan yang diahadapi seorang anak disleksia.

Perlu diketahui Disleksia adalah kondisi genetik yang tidak dapat disembuhkan. Menerima kondisi anak disleksia dengan melihat kelebihan dan kekurangan, serta memfasilitasi bakatnya tidak hanya membuat anak merasa lebih bahagia, namun juga efektif mengembangkan potensi dirinya. (Amalia Prabowo).

Diperankan oleh Atiqah Hasioholan sebagai Amalia, ibunda Aqil. Seorang perempuan cerdas dan perfeksionis selama menjalankan hidup. Harus pintar. Harus berprestasi. Harus ‘jadi orang’. Sebuah prinsip yang ia pegang. Yang juga coba terapkan pada anak laki satu-satunya.

Anakanya bernama Aqil yang diperankan Sinyo divonis mengalami disleksia. Kondisi di mana seorang anak mengalami kesulitan membaca dan menulis. Dalam hal ini kondisinya membuatnya tidak mampu berprestasi secara akademis. Dan ini bertentangan dengan ‘kemauan’ ibunya, terlebih ayah dari Amalia yang getol ingin kesembuhan cucunya.

Amalia berupaya melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan Aqil. Proses penyembuhan yang terjadi membawa pada berabagai petualangan yang menarik. Karena keterlibatan Amalia sebagai ibu dan Aqil sebagai anak sangat dihidupkan dan menjadi plot value film ini dibuat.

Agaknya demikian adanya. Karena terlihat film ini juga sebetulnya mengajak para orang tua, khususnya perempuan untuk menyadari bahwa setiap anak memiliki blue-print atau road map masing-masing dalam proses bertumbuhnya. Maka proses menyadari sampai sejauh ini kaitannya sebagai ibu adalah langkah paling awal dan dasar untuk melihat anak tumbuh secara alami. Orang tua bertugas memfasilitasi  bakat dan kelebihan anak lalu mengarahkannya. Tidak saja sekadar fokus pada kekurangan saja.


Saya dan Blogger KOPI
Meski baru akan melayarkan diri di bioskop tanggal 13 Oktober mendatang, senang sekali rasanya saya berkesempatan hadir saat penayangan awal di XXI Senayan City, (Sabtu, 8 Oktober 2016). Karena pada saat yang sama belajar bijak nantinya menjadi orang tua yang baik untuk anak. Bukankah demikian seharusnya?.. Meski ada yang bilang film ini seperti Taare Zaman Par namun kalau diperhatikan ada treatment dan alur yang berbeda.  

Bersama pasukan blogger KOPI, saya menyaksikan film Wonderful Life dengan penuh antusias. Hadir pula pemeran utama yaitu Atiqah Hasiholan. Rio Dewanto yang juga suami dari Atiqah turut pula datang saat prescon di Senayan City. Beberapa sponsor dan sutradara juga terlihat seperti Agus Makkie dan dari pihak Sari Ayu.

Oh iyaa..film Wonderful Life diproduksi oleh Visinema. Deretan bintang yang berperan dan terlibat antara lain Atiqah Hasiholan, Sinyo, Lydia Kandou, Alex Abbad, Putri Ayudya, Didi Nini Thowok dan seterusnya. Skenario ditulis oleh Jenny Yusuf. Sutradara oleh Agus Maakkie. Produser film ada Angga Dwimas Sasongko, Handoko Hendroyono, Rio Dewanto.

Film Wonderful Life dipersembahkan oleh Sariayu bersama Visinema, Creative & Co dan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Sekaligus sebagai gerakan perubahan yang diinisiasi oleh Sariayu Martha Tilaar yaitu Be Wonderful Movement. Gerakan yang mengajak para perempuan Indonesia untuk membuat perubahan dalam hidupnya.

Maka diharapkan hadirnya film ini mampu menjadi lokomotif yang mampu membuat perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar. Menghadirkan orangtua agar lebih bijak dalam berperan untuk anaknya. Karena bagaimanapun anak adalah tetaplah seorang anak yang punya dunia tersendiri yang perlu dipahami semua orang khususnya orangtua, terlebih seorang ibu.

Maka dari itu, akan menjadi referensi yang apik saat orangtua mengajak anaknya untuk menonton film Wonderful Life, 13 Oktober di bioskop seluruh Indonesia. Mari luangkan waktu untuk keluarga kita.

Andik Ir.



2 Komentar untuk "Wonderful Life, Tak Sekadar Cerita Tentang Disleksia"

  1. Bagus ya munculnya film ini jadi ada gerakan untuk kaum wanita yang inspiratif

    BalasHapus
  2. Iyaa ka Nurul, terutama bagi ibu yang mungkin anaknya terkena disleksia, gerakan ini bisa mewadahinya

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel