Headline Post

Syukuri Pilihan Hatimu


                                                                               
                                                             SYUKURI PILIHAN HATIMU
                                                                      Oleh:  Andy el Gazaly

Namaku Fitri
         Alhamdulillah diumurku 23 tahun sekarang ini aku sudah cukup mapan, bekerja di bank swasta di ibukota.
        
         Tapiakhir-akhir  ini selalu berkecamuk pertanyaan-pertanyaan. Diusiaku sekarang ini dan mungkin juga sebagian besar wanita pasti akan terkena apa yang aku sebut sindrom “nikah”. Itulah tepatnya yang kualami saat ini.
        
         Memilih bagiku sangat penting karena itu mengenai pilihan penting dalam hidupku. Dan dengan alasan itu pula akuingin benar-benar mempersiapkannya dengan matang. Undangan yang saben hari dating seolah menerorku, di setiap hariku tapi aku punya prinsip setiap yang kupilih harus bermuara karenaNya termasuk urusan memilih jodoh. Maka saat inipun aku yakin Allah akan mempertemukan dengancaraNya sendiri.
        
         Tanggal 9 Oktober adalah hari ulang tahunku. Malam itu aku dapat ucapan selamat dari temen dan kolega kerjaku. Tentu menanyakan ini itu termasuk tentang pernikahan. Tapi ada satu temen deketku namanya Nia. Dia temen kuliahku dulu yang dulu sering jalan bareng. Dia udah nikah 2 tahun yang lalu.

         “Fit, kamu bener suami Lia kurang ajar padanya..Ega kembali lagi ma pacar SMAnya dulu. Lia juga sering disiksa ma suaminya sekarang dia come back ke orangtuanya di Sukabumi”.Nia mengirim sms yang membuat hatiku shock.

Lia sahabat baikku. Kami bertiga adalah teman baik, sahabat baik waktu di kampus. Kemana-mana selalu bareng, saling share dan curhat bersama. Tapi semenjak Lia memutuskan untuk menikah Kami hilang kontak, terutama sama Lia. Kupikir dia bahagia setelah berkeluarga ,tapi berita itu benar-benar membuatku bagai disambar petir.

         Lia. Subhanallah, Dia adalah gadis yang baik, cantik biarpun agakmanja tapi hatinya bening, sebening bola matanya yang memancarkan kalau dirinya adalah orang yang baik.
Begitupun dengan suaminya Ega, siapa yang , dia salah satu bintang kampus kami. Perawakan tinggi, ganteng, anak orang kaya lagi. Siapa wanita yang nggak mau sama dia. Ditambah lagi dia anaknya juga pintar. Maka ketika Lia menerima lamaran si Ega. Aku dan Nia mengucapkan selamat kepadanya walaupun kami harus sedih kehilangan kebersamaan sebagai sahabat bertiga. Tapi itulah semua ada waktunya. Betapa bahagianya Lia mendapatkan seorang suami yang seperti Ega.

         Yaa..h Itulah kehidupan ada saatnya kita harus menentukan saat bahagia dalam hidup kita. Dan itu yang menjadi keputusan Lia saat itu.
Pikiranku jadi flashback beberapa tahun yang lalu. Ketika itu Ega sebenarnya sempat mau melamarku menjanjikanku berbagai macam kebahagiaan yang  mungkin sulit ditawar mengingat background keluarganya yang kaya dan seterusnya.
                Tapi entah kenapa aku menolaknya. Tidak tahu kenapa hatiku tak mengiyakan dan aku sendiri tak yakin jika aku akan bersuamikan lelaki seperti dia. Tidak tahu pasti memang tapi aku yakin akan tiap keputusan yang aku ambil. Dan itu terbukti saat ini. Saat Nia mengabariku tentang keadaan Lia.
Perbedaan gaya hidup pula mungkin juga yang mempengaruhiku. Dia suka keglamoran sementara aku suka yang biasa-biasa saja, Identic dengan kesederhanaan,mengingat aku dari keluarga tidak kaya  alias dari keluarga biasa-biasa saja. Aku mantap, Allah telah menghadirkan jodohku di luar sana. Jodoh yang pantas bagi diriku, bagi keimananku..bagi kehidupanku...bagi akhiratku.

                Apa jadinya jika aku enar-benar menjadi istrinya Ega. Aku tak bisa membayangkan, nasib ku tak ada bedanya sama yang  dialami Lia atau bahkan mungkin lebih buruk dari itu. Lia yang  bagiku sudah cukup sempurna bisa diperlakukan seperti itu, apalagi aku. Aku bersyukur dalam hati atas semua keputusanku itu.

Singkat cerita..
                Dalam sujud dan penantian panjangku selama ini,  Allah  berkenan menjawab doaku.  Aku menikah. Ya, aku menikahd engan pilihan hatiku sendiri. Tak kaya  memang tapi bersahaja. Suami  yang  kaya hatinya itu  yang aku inginkan dari dulu.Walaupun ia dari keluarga sederhana tapi disitulah aku menemukan kedalaman cinta, kekayaan cinta  yang  terpantul dari karakternya. Bukankah cinta  yang  indah adalah cinta  yang sederhana  yang  diungkap dengan kesederhanaan tapi itulah kesan mendalam  yang  aku temukan dalam diri priai tu. Pria idamanku.

                Aku bersyukur mendapat suami  yang  sabar. Tak pernah meninggikan suaranya apalagi berkata-kata  kotor sampai  main tangan atau kekerasan. Sebaliknya,  suamiku selalu memperlakukanku dengan kasih sayang  yang  tulus. Aku bisa  merasakan dari bagaimana ia menatapku, menasihatiku dan tentu juga menuntunku ke arah yang lebih baik. Dialah imam dalam sholat dan hidupku.

                Alhamdulillah.., setelah menikah kami dikaruniai seorang anak yang perempuan yang cantik, mirip sekali dengan ayahnya. Aku bersyukur dalam haruku….

                Aku menemukan lebih dari apa yang aku punya dalam hidup, aku menemukan dalam diri suamiku. Kekayaan bathin yang  aku sendiri kadang merasa bahwa dia terlalu baik bagiku. Terimakasih ya Allah dialah kekayaan hidupku, kekayaan hatiku jauh lebih indah dari segala materi  yang aku miliki.
Ingat Sayang…!”kata  suamiku.
                Bukankah  Allah  telah menjamin bahwa:  “Wanita-wanita  yang  tidak baik untuk laki-laki  yang tidak baik, dan laki-laki  yang  tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang  baik untuk lelaki  yang  baik dan lelaki  yang baik untuk wanita  yang baik…


Belum ada Komentar untuk "Syukuri Pilihan Hatimu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel