Headline Post

Fakta Menarik di Balik Audisi Bulutangkis sebuah Brand Rokok

Siapa sangka dibalik kecermerlangan event sebuah olah raga di negeri ini ternyata menyimpan sejuta misteri. Bulutangkis yang notabene adalah olah raga ‘rakyat’ ini punya efek samping yang tak disadari keberadaanya. Efek samping di sini adalah perihal sponsorship sebuah brand rokok.

Bertahun-tahun brand rokok inilah yang pada akhirnya menyuntikkan semangat berolahraga di sisi lain menyebarkan zat adiktif pada saat yang sama. Dan ironisnya, anak-anak menjadi korban secara tak langsung atau bertahap dan sistemik terhadap zat adiktif dalam bentuk audisi bulutangkis.
Karena audisi olah raga tepok bulu ini faktanya hanya menerima beberapa saja dari ribuan audisi yang ikut. Dan peserta audisi anak-anak ini bertambah tiap tahunnya.
sumber: pbdjarum.org

Sejak 2006, brand rokok tersebut menggelar audisi beasiswa bagi anak-anak untuk mendapatkan pelatihan bulutangkis. Semula audisi beasiswa yang diperuntukkan bagi remaja usia 15 tahun dan hanya digelar di kota kudus. Pada tahun 2015, audisi ini melebar ke berbagai kota di Indonesia dan pada tahun 2017 pesertanya yaitu usia 6 sampai 15 tahun.

Peningkatan jumlah peserta terlihat naik tajam pada 2015, tahun dimulainya audisi beasiswa bulu tangkis Djarum di sembilan kota—sebelumnya hanya di Kudus. Namun, berbeda dengan peningkatan jumlah peserta, kuota penerima beasiswa yang lolos final tak beranjak jauh. Jika rasio peserta audisi empat kali lipat, kuota penerima beasiswa hanya bertambah 0,85 kali lipat.

Meskipun telah diakui promosi audisi ini sekaligus mempromosikan Djarum sebagai merek rokok, spanduk dan baliho yang terpasang di kota tempat audisi ini digelar, tak mengusik pemerintah daerah untuk bertindak. Padahal, PP 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau, memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur iklan rokok luar ruang.

Di Balikpapan, misalnya, ada Peraturan Wali Kota Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Kawasan Sehat Tanpa Rokok. Dalam Bab II Pasal 3 poin C disebutkan bahwa Kawasan Sehat Tanpa Rokok bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat umum dari dampak bahaya merokok baik langsung maupun tidak langsung. Pada poin F juga disebutkan bahwa Kawasan Sehat Tanpa Rokok juga bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat dari asap rokok. Aturan itu ditegaskan dalam Bab III Pasal 4 yang menyatakan Kawasan Sehat Tanpa Rokok meliputi tempat-tempat umum dan Gelanggang Olah Raga.


Studi Universitas Muhammadiyah Jakarta telah menemukan bahwa 45 persen remaja yang merokok mula-mula terpapar oleh iklannya, dalam bentuk apa pun. Menurut Gian Carlo, spanduk, baliho, kaos yang dipakai peserta audisi dan panitia yang mengandung merek Djarum adalah bagian dari promosi karena bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat yang melihatnya terhadap produk tersebut.

Apalagi, pemasangan baliho dan spanduk itu, juga pemakaian kaos dalam acara sebuah perusahaan, ditengarai tak membayar pajak kepada pemerintah daerah. Padahal, potensi penerimaan daerah dari iklan lumayan sebagai bagian dari pendapatan bagi kota tersebut.

Jika pajak satu spanduk Rp 125.000, berarti ada Rp 507.025.000 potensi kehilangan pajak pemerintah daerah pada 2017 karena ada 4.058 kaos yang dipakai anak-anak selama masa audisi. Belum lagi jumlah spanduk yang berderet tiap kota dan perhitungan biaya mencetak spanduk dan kaos yang berbeda.
Di luar acara, karena kaos tersebut bisa bertahan setidaknya satu tahun, mereka juga memakainya ketika bermain bulu tangkis di gedung-gedung olah raga. Kata “keren” menurut peserta audisi berasosiasi pada kebanggaan karena mereka bisa menembus turnamen ini.

Temuan penelitian di Pedriatics diperkuat oleh temuan serupa US Surgeon General Report pada 2012. Mereka menyimpulkan bahwa iklan dan kegiatan promosi oleh perusahaan rokok berpengaruh langsung terhadap kebiasaan merokok di kalangan remaja dan dewasa muda. Maka anak-anak dan remaja adalah target industri rokok untuk meluaskan jumlah konsumen dan mempertahankan industri mereka.

Caranya bisa bermacam-macam. Iklan dan promosi adalah cara ampuh untuk mencapai konsumen baru ini. Ketika negara makin awas dengan daya rusak racun nikotin, sehingga promosi dibatasi, industri kian kreatif membuat advertising untuk menggapai tujuan utama mereka. Salah satunya mengenalkan merek dengan topeng yang mengusung wajah sebaliknya.


Maka industri rokok paling gencar menjadi sponsor acara- acara musik dan olah raga. Selain merengkuh audiens muda pada dua sektor itu, industri rokok tengah mencitrakan diri sebagai perusahaan yang menyokong hal-hal baik. Hal ini sama seperti pelintiran industri rokok bahwa merokok ternyata bermanfaat bagi kemanusiaan karena cukainya dipakai untuk menambal asuransi kesehatan bagi Badan Pelayanan Jaminan Sosial. Padahal, ini logika yang terbalik.

Belum ada Komentar untuk "Fakta Menarik di Balik Audisi Bulutangkis sebuah Brand Rokok"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel