Headline Post

Ngobrolin Sarinah Bareng Direkturnya



Bagi saya berkunjung ke Sarinah adalah momentum untuk relaxation and recreation. Maka saat seorang teman calling saya untuk datang ke Sarinah dalam event resmi, saya pun mengiyakan dan bilang ‘siap’. Meski saat itu sedang sibuk-sibuknya menunaikan tugas gawean di Bandung. Untung saja acaranya diundur sampai akhirnya terealisasi di tanggal 19 Maret kemarin.
Bareng Temen2 Blogger TDB

Beruntungnya lagi saya udah cukup familiar dengan beberapa direksi di dalamnya. Sebut saja ibu Lies  Permana Lestari yang semakin geulis pisan (beberapa geng kaum Adam bilang begitu, aku pun mengamini saja..). Terhitung secara resmi saya berkunjung ke Sarinah secara hattrick alias tiga kali (nggak resminya sih udah sering). Itupun setelah saya cek n ricek beberapa tulisan saya mengenai Sarinah. Sekalian saja mencari angle yang pas untuk menulis Sarinah, kira-kira tema apa yang relevan untuk dibahas dari Sarinah sekarang. Tercatat awal tahun 2016 silam dan pertengahan tahun 2017 lalu. (Silakan berkunjung ke link tulisan Perjalanan Sarinah). Perbedaannya jika 2016 silam Sarinah masih diasuh oleh Ira Puspadewi ­sebagai direktur utamanya, sekarang estafet ke GNP Sugiarta Yasa.

Format Acara:
Sarinah mengundang Blogger dalam rangka ngobrol santai mempromosikan perkembangan Sarinah terkini. Ngobrol Bareng Sarinah mengenai perkembangan Sarinah di tahun 2018 dan ekseskusi visi lanjutan ke depan seperti apa. Maka adanya Blogger dari TDB ini diharapkan mampu bersinergi menjadi media branding Sarinah yang kuat. Tamu yang hadir; Magry N. Warganegara (Sekretaris PT Sarinah), GNP Sugiarta Yasa (Dirut PT Sarinah), Lies Permana Lestari (Direktur Retail PT Sarinah), Prima Andhika (Manajer Umum Retaill) dan Bayu Rafisukmawan (Direktur Keuangan).

Sekian prolognya. Yuuk... to the point saja. (Jika ingin tahu sejarah Sarinah dst. seperti apa beralih ke link Sarinah 2016).

***

Akhir tahun 2017 lalu dikejutkan adanya berita bahwa sejumlah ritel di Indonesia bertumbangan satu-satu. Beberapa pihak beranggapan bahwa tumbangnya ritel-ritel besar tersebut karena tumbuhnya e-commerce secara sporadis serta pelemahan daya beli masyarakat.
Namun apakah benar demikian? 

Temuan survei yang dirilis oleh lembaga riset telematika Sharing Vision menunjukkan bahwa tumbangnya sejumlah ritel besar dikarenakan sejumlah hal namun bukan karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Akan tetapi pelemahan ritel disebabkan adanya perubahan gaya hidup. Lebih tepatnya­ pergeseran gaya hidup. Mungkin sekarang bisa disebut disruption lifestyle. Yang mau tidak mau menggeser seluruh aspek kehidupan dari yang awalnya konvensional beralih ke digital. Termasuk cara kita berbelanja. From conventional to digital. Dan Sarinah agaknya sedang melakukan itu.

Tumbangnya sejumlah ritel sebut saja Matahari Mall, Lotus Departemen Store, Seven Eleven yang menutup sebagian atau seluruhnya seakan memicu alarm bersama bahwa ada sesuatu yang tidak ‘beres’ dengan pasar ritel tanah air. Karena sangat paradoks di tengah naiknya daya beli masyarakat ternyata tidak kongruen dengan perkembangan ritel secara offline. Indikasi adanya pergeseran cara berbelanja semakin tak terelakkan manakala kita tengok menjamurnya ecommerce-ecommerce. 

Bisa dibilang lahirnya ecommerce atau toko online telah ­­mereduksi nilai jual pasar offline pelan tapi pasti ke arah online. Aktivitas berbelanja ada dalam genggaman ­gadget masing-masing. Maka dari itu sejumlah ritel yang tidak mau bernasib sama seperti ritel-ritel besar yang tadi berupaya ­move on dari tradisi lama ke tradisi baru.
Alhasil transformasi besar-besaran mulai dilakukan seperti dengan menutup sejumlah gerai kemudian beralih ke digital. Mengalihkan pasar offline mereka dari konvensional ke digital dengan membuat toko online atau ecommerce masing-masing. Meski sebenarnya sudah agak terlambat. Karena beberapa raksasa ritel dari luar negeri pun sudah ekspansi di dalam negeri. Sebut saja Lazada, JD.com, Alibaba. Untuk dalam negeri ada Bukalapak, Blibli, Tokopedia dst. 

Mengacu beberapa dua peristiwa di atas yaitu tumbangnya ritel besar di tengah tumbuh pesatnya pasar ecommerce tanah air membuat Sarinah sebagai platform ritel rakjat ketjil (sengaja pake ejaan lama biar makin sentimentil..) bagaikan angin segar bagi perusahaan pelat merah ini. Dengan berkurangnya pesaing tersebut diharapkan masyarakat beralih ke Sarinah. Kira-kira seperti itu terjemahan verbalnya. 

“Karena Sarinah tetap eksis, sekarang masyarakat mencari Sarinah untuk produk-produk yang dicarinya,” kata Dirut PT Sarinah (Persero), GNP Sugiarta Yasa.

SGP Sugiarta Yasa


Apakah berhasil atau tidak. Waktu yang akan membuktikannya. Seharusnya sih mampu. Karena Sarinah menurut saya punya basic kuat yang tidak dimiliki oleh ritel-ritel besar itu semua. Apakah basic kuat tersebut? Simak terus aja gan.

Fyi, Sarinah bergerak di lima leading sector. Mulai dari Retail, Trading, Property, Money Changer dan Hospitality. Nah kebetulan ­pas ngonbrol bareng blogger kemarin lebih asyik membahas pada tiga hal pokok. Mungkin menurut saya karena Money Changer dan Hospitality sudah running on the track sehingga tidak banyak dikembangkan. Sementara concern utama PT Sarinah sekarang lebih kepada dua leading sector utama yaitu retail dan trading. Saya pun juga lebih tertarik membahas dua, tiga  sektor tersebut. 

Alangkah baiknya menstimulus dengan pertanyaan-pertanyaan yang menguji visi dan misi Sarinah adalah hal yang baik. Seperti bagaimana dan seperti apakah Sarinah di era digital sekarang? Bagaimana Sarinah bisa beradaptasi di tengah gejolak pasar ritel yang kuat dan cepat persaingannya? Sanggupkah Sarinah bertahan dan mengekspasi dirinya ke level yang diharapkan?Bagaimana Sarinah seharusnya Sarinah mengakomodir pasar milenial dengan brand ‘zaman now’nya? 

Boleh dibilang denyut nadi Sarinah adalah retail. Berbagai macam produk lokal yang bernilai budaya dari seantero tanah air ada di Sarinah. Mulai dari aneka olahan cokelat, handmade kerajinan tangan, eco batik dan kain. Dan sampai sekarang selalu update sesuai permintaan pasar. Dengan daya dukung UMKM binaan yang mencapai ribuan seharusnya Sarinah mampu bertahan. Sehingga cita-cita Sarinah sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional.

Jika generasi milenial adalah generasi yang lahir di awal tahun 1980an sampai akhir tahun 1990an, merujuk data di Wikipedia maka saya sebagai orang yang lahir di tahun itu sangat senang ketika mendengar bahwa Sarinah akan dilakukan peremajaan atau rejuvenasi. Peremajaan Sarinah tentu menjadikannya semakin relevan buat kalangan milenial. Artinya tagline yang mengusung The Window of Indonesia menjadikan Sarinah sebagai katalisator untuk mendisplay, memasarkan atau menjual produk-produk unggulan Indonesia.

Apalagi dengan akan adanya launch aplikasi pada semester 1/2018, sebuah langkah yang akan benar-benar mendekatkan customer di era milenial. Semoga benar-benar terealisasi. Karena kalau mengandalkan webstore Sarinah tidak akan cukup menggaet pasar yang lebih luas. Hadirnya webstore www.sarinah.co.id yang ditunjang dengan aplikasi akan mampu menyedot animo kalangan milenial untuk sinergi dalam mengampanyekan Sarinah ke masyarakat luas (baca memviralkan).

Bagi sebagian besar orang yang tinggal di Jakarta, Sarinah adalah sebuah kata yang merujuk pada sebuah kawasan perbelanjaan di pusat Jakarta. Namun bagi saya Sarinah bukan saja sebagai Indonesian Curtural Heritage Home (rumah warisan budaya). Dengan cabang yang telah tersebar di berbagai kota di tanah air, Sarinah benar-benar bisa menjadi the window of Indonesia.

Blogger dan Direksi PT Sarinah Persero

Bagi saya pripadi Sarinah tidak saja jendela buat Indonesia untuk dunia. Melainkan sudah seperti museum berjalan yang terus altif dan mengapdate contentnya. Merawatnya dari generasi ke generasi. Dari sejak dalam gagasan besar Soekarno hingga sekarang. Tidak ada ritel dengan format seperti Sarinah di Indonesia, setahu saya. Sebuah ritel yang bahan bakarnya ditenagai oleh kreatifitas anak bangsa. Jika kreatifitas adalah bahan bakarnya seharusnya Sarinah bisa bertahan dan berkembang. Siapa yang meragukan kreatifitas anak bangsa?! 

Twt: @andik_ir
IG: andik_ceritanya








Belum ada Komentar untuk "Ngobrolin Sarinah Bareng Direkturnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel