Headline Post

Jumpa Pers Akhir Tahun (2017) : Sambut Tagline Wisata 2018, Semakin Digital Semakin Global

Beberapa hari yang lalu saya kembali dicalling seorang temen blogger (TDB). Menghadiri acara tahunan dari kemenpar. Jumpa Pers Akhir Tahun 2017. Bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kamis (21/12)

Meskipun ini kali kedua (jadi inget Raisa kalau nulis ‘kali kedua’), tidak pernah membuat saya bosan. Akhirnya saya mengiyakan dengan mengajak dua teman lainnya. Lalu...inilah yang terjadi di akhir acara: saya selalu punya spirit baru dan berpikiran positif tentang masa depan. Seorang Arief Yahya (Menpar) yang selalu punya cara untuk melihat semuanya secara positif dan elegan.

Saya dan Temen2 TDB 
Kurun waktu tiga tahun seorang Arif Yahya berhasil menyulap dunia pariwisata Indonesia from nothing ton something. Yang selalu ia ucapkan adalah untuk memperoleh hasil yang luar biasa harus dengan cara yang tidak biasa. Agaknya hal itu menjadi kenyataan alias fakta kerja beliau sebagai menteri.

Bagaimana tidak, apalagi sejak Presiden Joko Widodo menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan (leading sector) pembangunan nasional. Pariwisata menjadi komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga level masyarakat bawah. Performa pariwisata menanjak saat beberapa komoditas lainnya, seperti minyak, gas, batubara serta kelapa sawit terus turun. Dari semua platform industri, pariwisata mengalami pertumbuhan paling cepat.


Pariwisata di tahun 2017 mampu tumbuh dengan sangat meyakinkan yaitu 24% atau sekitar 11 jutaan. Diproyeksikan sampai akhir tahun ini dengan kunjungan mencapai 14 juta wisman (target ini agak meleset dari 15 juta  karena kondisi Bali yang terdampak erupsi gunung Agung). Artinya dengan tumbuhnya sebesar itu telah mampu mengalahkan beberapa negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia (dua negara ini menjadi kompetitor dari dulunya). Hanya saja di level ASEAN Indonesia masih kalah dari Vietnam yang tumbuh mencapai 25,2%.

"Pertumbuhan pariwisata Indonesia sebesar 24%, jauh di atas pertumbuhan pariwisata regional ASEAN 7% dan pariwisata dunia 6,4 %, ini menguatkan keyakinan kita untuk meraih target pada 2018 sebesar 17 juta wisman,” kata Arief Yahya.

Transformasi Pariwisata Digital

Di tahun ini pula Indonesia masuk top-20 fastest growing travel destination in the world. Yaitu sebuah negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat yang dicapai selama tiga tahun. Saya tidak heran sih bukan berarti tidak kagum atau sedang tidak mengapresiasi kinerja kementrian pariwisata. Tapi justru sebaliknya, kapasitas Arief Yahya sebagai seorang menteri memang sangat menjanjikan.

Selain detail dengan target angka sekian dan sekian. Bulan per bulan harus berapa. Dibangun juga sebuah corporate culture, untuk mengubah kebiasaan lama yang buruk menjadi lebih baik. Persaingan ke depan adalah siapa yang cepat memakan yang lambat. Bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil. Maka dalam hal kepariwisataan diperlukan transformasi digital.

Revolusi digital tidak bisa dihindari. Secara alamiah akan mengubah dunia dan menciptakan model bisnis baru. Adapun tiga bisnis yang terpengaruh oleh perubahan sekarang selain komunikasi dan transportasi adalah pariwisata. Perubahan gaya hidup yang semakin digital membuat semua semakin go digital—komunikasi lebih bersifat personal, mobile dan interaktif. Karena sekitar 70% dari pencarian dan sharing data menggunakan cara digital. Media digital bahkan dinilai empat kali lipat lebih cepat dibanding konvensional.

Semua dilakukan secara digital. Maka memang tidak heran ketika muncul pemain-pemain baru seperti Google, Facebook dan Whatsapp yang menguasai industri telekomunikasi. Di industri transportasi ada pemain seperti Gojek, Uber dan LCC. Sektor pariwisata pun tak ketinggalan munculnya travel agent secara online, Traveloka, Tripadvisor dan Travelio. Taglinenya adalah semakin digital semakin global.

“Industri pariwisata, cepat atau lambat akan menghadapi perubahan yang revolusioner dan untuk bersaing pariwisata harus mengikuti perubahan gaya hidup konsumen,” kata Arief Yahya.
Itu bisa juga ditafsirkan kalau industri pariwisata relate dengan generasi milenial. Karena 10 tahun lagi generasi mileniallah yang akan menguasai dan mempengaruhi pasar. Generasi milenial punya karakter mandiri, kerja bersama, inovatif dan sering online.

Maka sekarang kita mengenal istilah always connected travellers, di manapun dan kapanpun mereka saling terkoneksi dengan adanya mobile apps dan mobile devices. Dengan go digital, rasa optimis pun terbangun, makin confidence, makin yakin dan semakin digital semakin personal. Semakin digital semakin global. Semakin digital semakin profesional.

“Dan semakin digital maka akan bisa menjangkau konsumen global dari manapun berada di muka bumi ini. Begitu kita menggunakan platform digital, maka kita bisa diakses oleh wisatawan dari manapun di seluruh dunia.,” pungkas Arief Yahya menteri yang dulunya menahkhodai PT Telkom ini.

Hail ini diperkuat dari penelitian UNWTO pada 2017 mengenai aktivitas wisatawan yang memakai platfom digital, diketahui sekitar 82% wisatawan lebih suka mencari langsung infromasi destinasi secara digital. 53% untuk mencari akomodasi, 47% untuk mengetahui transportasi di destinasi wisata, 36% untuk mengetahui rekomendasi restoran atau tempat makan dan 40% mencari tahu aktivitas wisata yang dilakukan.
  


Tw @andik_ir
IG @andik_ceritanya

Belum ada Komentar untuk "Jumpa Pers Akhir Tahun (2017) : Sambut Tagline Wisata 2018, Semakin Digital Semakin Global"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel