Headline Post

APWI (2017); Arief Yahya sebut 2018 sebagai Destinasi Wisata Digital

Untuk ke dua kalinya saya bisa ‘terlibat’—menyaksikan— sebuah acara se level kementerian. Dalam hal ini kementerian Pariwisata. Kementerian yang dinahkodai oleh Arief Yahya ini selalu punya surprise di tiap eventnya. (Di akhir nanti saya jelasin part surprisenya, gan).

Pertama kali mengikuti acara serupa saat jumpa pers akhir tahun, di akhir tahun 2016 silam. Maka Desember 2017 ini menjadi hal yang membuat saya terbiasa dalam artian lebih bisa menikmati konten tahun ini. Saya selalu susah menampik ajakan dari temen-temen TDB menghadiri acara seperti ini, terutama kementerian pariwisata. Apalagi dipercaya sebagai kepala geng gerbong blogger Ciputat tentu di bawah payung TDB (Tau dari Blogger) hehe..sundul gan!
Tebak gue yang mana..(cari aja yang paling item hehe)

Namun secara pribadi berani menggaris bawahi jikalau sebenarnya alasan saya mau dan antusias sekali karena ingin mendengar sambutan dari Arief Yahya.

Pesona dari persona beliau sebagai seorang menteri selalu memikat dan mengikat pendengaran. Setiap ucapan kata-katanya mudah mengantarkan kita pada pemahaman baru akan dunia pariwisata (Indonesia). Karena yang diomongin bukan sebatas perkembangan seperti apa atau bahasa kasarnya pencapaian apa yang telah dilakukan (baca: show off). (Ssstt,..karena biasanya pejabat-pejabat umumnya kan minta diakui gitu, hehe..).

Terus terang saya tidak sekadar melihatnya sebagai seorang menteri saja. Tapi seseorang yang juga ambisius terukur yang optimistik. Punya jangkauan visi yang jauh namun konkret untuk dijalankan. Sehingga yang dipaparkanpun faktual mengikuti perkembangan global.

Karena beliau selalu mencoba mengempatikan apa yang ia rasakan (keresahan) sebagai seorang menteri (pariwisata). Maka ketika memaparkan program kerjanya selalu punya genuine value tersendiri. Seluruh jajaran pegawainya dan masyarakat awampun menjadi mengerti tentang apa yang terjadi dan apa yang akan dilkakukan, perkembangan terkini sekaligus tantangan ke depan seperti apa. 

Karena memang otentik, real terjadi di lapangan, seperti seolah-olah bilang, begini lho pariwisata Indonesia sekarang ini. Sehingga kita pun menjadi dekat dan terlibat untuk bertanggungjawab bersama-sama.

Acara yang digelar tahun ini adalah Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) 2017. Diadakan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, (11/12). Ketebak sih, yaitu semacam apresiasi media cetak dan elektronik bagi para pewarta pariwisata dari media cetak (surat kabar dan majalah), media elektronik televisi, dan media online dan blogger.

Begitu yang saya baca di press release yang dibagikan. Jika diperhatikan lagi ada kata blogger di situ. Karena blogger menjadi salah satu kanal media yang dinominasikan tahun ini..(ane juga baru ta-hu ternyata)

Tema yang diangkat adalah ‘’Pesona 10 Destinasi Pariwisata Prioritas sebagai Bali Baru’’. Jadi bisa dibilang acara kali ini adalah ajang penghargaan semua bentuk chanel media dalam mempromosikan ke sepuluh destinasi tersebut. Jika belum tahu destinasinya apa saja, ini dia; Danau Toba, Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sulteng) dan Morotai (Maluku). Kesepuluhnya telah ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai destinasi prioritas sebagai ‘Bali Baru’.

Mari kita coba ulik apa dan bagaimana perkembangan beberapa destinasi tersebut secara sekelebatan saja, karena saya pun mengutip dari pak menteri langsung. Masalah pemenangnya siapa, coba nanti saya sempilkan di akhir-akhir tulisan saja. Dari apa yang dipaparkan oleh pak menteri saya mendapati beberapa hal-hal yang menggelitik untuk dituliskan.

UNESCO Global Geopark (UGG). Apa itu?

Sebuah area geografis terpadu di mana situs dan lanskap geologi internasional dikelola dengan konsep perlindungan holistik, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan bottom-up. Saat ini, terdapat 120 UNESCO Global Geoparks yang tersebar di 33 negara. Pada tahun 2004 terbentuk Global Geopark Network (GGN) yang menjadi suatu jaringan pertukaran dan kerjasama global terkait warisan geologi. Pada tanggal 17 November 2015, 195 negara anggota UNESCO meratifikasi UNESCO Global Geoparks pada Sidang Umum UNESCO ke-38 yang menjadi titik tolak pengakuan pemerintah akan pentingnya pengelolaan situs geologi dan lanskap secara holistik. Geopark resmi diterima sebagai program UNESCO sebagai ikon baru pemanfaatan Geoheritage berbasis pembangunan berkelanjutan dan pariwisata Indonesia.

Gampangnya adalah sertifikasi dari UNESCO terhadap area geologis di suatu negara sehingga bernilai secara internasional. Di Indonesia kalau tak salah ada enam kawasan yang masuk daftar UNESCO Global Geopark (daftarnya apa aja, silakan searching sendiri yaa..). Namun setahu saya dari sepuluh destinasi priotitas yang ada, Danau Toba dan Borobudur agaknya sudah mendapat sertifikasi UGG. Artinya sudah tidak diragukan lagi kalau keduanya mempunyai apa yang disebut tourist attractions values. Nilai yang menjadi daya tarik wisatawan. 

Lalu bagaimana destinasi lainnya?! Inilah PR bersama. Karena sebuah destinasi akan mempunyai nilai jual tinggi jika punya nilai attractions tinggi sehingga dikenal secara global. Pada dasarnya pariwisata rumus dasarnya tiga yaitu attractions (daya tarik), accessibiliy (akses) dan amenitas (fasilitas penunjang).

Sebagai contoh, Belitung. Cukup tidak dengan sebutan bumi Laskar Pelangi sebagai tourist attractions. Dengan jujur bisa dikatakan belum cukup. Laskar Pelangi belum mampu punya nilai jual secara masif untuk turis manca. Meski diakui pamor influence Andrea Hirata (buku Laskar Pelangi) mampu mendongkrak Belitung sebagai destinasi wisata nasional. Di Indonesia itu laku memang, tapi untuk market luar negeri rasa-rasanya belum. Lalu apa?

Maka salah satunya adalah mendaftarkan Belitung dalam list UNESCO Global Geopark. Dan sepertinya itu sedang dilakukan. Karena pak menteri bilang kalau Belitung merupakan geopark terbaik di dunia. Hal ini juga diamini sekjen UNESCO saat berkunjung ke Belitung.

Selanjutnya, Tanjung Lesung, Bromo dan Kepulauan Seribu. Bahkan Mandalika (NTB) saja belum menemukan attractions seperti apa, karena harus kualitas internasional. Belum destinasi lain yang musti terus digarap. Labuan Bajo cukup mudah dengan adanya Komodo sebagai tourist attractions -nya. Wakatobi dan Morotai masih menjadi PR menemukannya dan harus berkualitas dunia.

Inilah salah satu tugas media di era digital sekarang. Penyelenggaraan APWI diharapkan mampu memacu semua stakeholder media dengan karya tulisan atau tayangan informatif. Menyajikan informasi berbagai event atau atraksi, amenitas maupun aksesibilitas yang mendukung daya saing destinasi wisata yang menarik kunjungan wisatawan.

Penampilan Tarian
Nominasi Pemenang
“Media sebagai komponen Pentahelix (akademisi, industri, komunitas, pemerintah dan media) mempunyai peran strategis dalam memajukan kepariwisataan nasional. Kemajuan pariwisata sangat ditentukan oleh peran serta dan dukungan dari semua elemen, terutama peran media dalam menyebarkan informasi kepada wisatawan,” kata Menpar Arief Yahya.

Selain attractions kelas dunia harus diperkuat adanya daya dukung akses ke lokasi wisata yang terintegrasi. Accessibility atau aksesibilitas menjadi hal penting sekali dalam memajukan sebuah kawasan. 

Ini butuh kerjasama antar kementerian, karena ini berbicara tentang infrastruktur dan pelayanan akomodasi. Bagaimana kualitas bandara, pelayanan dan proses perjalanan seorang turis dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Seperti spending time yang diperlukan untuk transit sesorang turis untuk ke destinasi lain. Umumnya turis manca akan mempertimbangkan untuk memilih penerbangan direct ke lokasi. Karena sekitar 70% turis akan memilih langsung ke lokasi.


Maka perlunya dibangun bandara kualitas internasional di setiap destinasi  yang ada. Karena kualitas di dalamnya dipertaruhkan, mengingat kondisi infrastruktur kepariwisataan saat ini masih terus berbenah.

Amenity atau amenitas. Aspek daya dukung fasilitas di sekitar destinasi yang perlu ada, layak dan punya daya dukung positif. Perlu digarap dan cukup penting adalah konten ceremonial di setiap destinasi yang iconik dan local cultural. Maupun aspek kekinian berkarakter modern yang mampu menyedot animo masyarakat dunia. Salah satunya akan dibangunnya sirkuit Moto GP di Mandalika, begitu kata pak menteri. Semoga benar-benar menjadi kenyataan. (Coz..Thailand udah bikin tuh, gan).

Tranformasi Pariwisata

Memang tidak bisa dipungkiri di era digital sekarang perlu sebuah adaptasi dari semua lini. Dunia pariwisata pun perlu semacam transformasi yang sifatnya digital. Sekaligus menjadi kabar yang menggembirakan sekaligus mengejutkan buat kalian yang mencoba meramaikan APWI 2018. Tema tahun depan adalah Transformasi Pariwisata. Dengan topik utama seputar destinasi digital. Hadiah utama pun tak tanggung-tanggung lho...! berapa?. 100 juta rupiah.(Gebleekkk...kan)

D'Massive Band sbg Hiburan


Karena era digital sekarang adalah era yang digerakkan dan didominasi oleh generasi milenial. Di mana semua genre media sosial begitu cepat membahas dan memviralkan berbagai tempat. Atau istilahnya instagramable. Atau istilah yang lagi trend namun agak males nyebutinnya : Destinasi Zaman Now.. (paling males sebenernya nyebut istilah alay ini...wew).

Kalau Indonesia bisa menciptakan destinasi digital maka kita akan unik. Hasil yang luar biasa diciptakan dengan cara yang tidak biasa. Dan ini belum ada di dunia. Semakin digital akan semakin global” (Arief Yahya)

Catatan:
Pemenang kategori blogger diraih oleh Teguh Sudarisman yang notabene anggota TDB juga. Karyanya berjudul “Surga Baru di sisi Barat Bromo” mengalahkan 4 nominasi blogger lainnya.
Selamat buat mas Teguh Sudarisman dan maju terus buat pariwisata Indonesia. Pesona Indonesia! Wonderful..

Follow medsos
IG @andik_ceritanya

Tw @andik_ir

Belum ada Komentar untuk "APWI (2017); Arief Yahya sebut 2018 sebagai Destinasi Wisata Digital"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel